KOTA ONLINE (KUPANG)-RITUAL adat yang digelar Persatuan Orang Timor (POT) di Restaurat Teluk Kupang, Kota Kupang Minggu 5 Pebruari 2012 itu, ternyata berdampak buruk bagi posisi politik orang Timor sendiri. Prosesi adat yang ditandai dengan menyebelih seekor sapi jatan tambun di halaman parkir restoran itu malah melahirkan resistensi baru dari sejumlah elemen Timor yang rata-rata punya jabatan di pemerintahan (baik di Kota Maupun di Provinsi).
Kelompok ini mengaku adalah bagian penting dari POT yang menganggap ritual adat pimpinan Drs. Jonathan Nubatonis dan Ir Gustaf Oematan M.Si itu telah mencederai nilia-nilai persaudaraan dan memecah belah persatuan orang timor sendiri. Devosi adat itu merupakan satu babakan baruk dalam sejarah perpolitikan orang Timor sendiri.
“Kami Mengutuk keras persatuan orang timor yang telah melakukan upacara adat yang di tandai dengan pemotongan hewan berupa seekor sapi di pelataran restoran Teluk Kupang beberapa waktu lalu. Orang timor tidak pernah melakukan pemotongan hewan, jika ada pemutusan hubungan,” tegas Martinus Tau Bele
“Ketua POT Jilid II” Martinus mengaku posisinya di POT pimpinan Jonathan Nubatonis dan Gustaf Oematan sebagai Wakil Ketua POT. Peristiwa kutuk mengutuk ini dilakukan juga adalam sebuah prosesi akbar bertempat di Hotel Romita, Senin siang (6/2). ‘Ritual’ itu kemduain disebut dengan “Peristiwa Romita” atau POT Jilid II ala Martinus Tau Bele, yang kala itu mengenakan pakaian keki berbalut selempang adat bermotif Timor serta ikat kepala khas Atoin Meto.
Kelompok “POT Jilid II” yang mayoritas adalah Pegawai Negeri Sipil ini sangat tidak menhendaki acara adat penarikan dukungan terhadap Fren Jilid I itu dilakukan karena dianggap telah merusak wibawah dan martabat orang Timor. Untuk itu “POT Jilid II” hasil inisyatif sejumlah pejabat tras lingkup Pemerintah Provinsi NTT yang juga pengurus aktif POT NTT, kemudian bersoara lantang dengan mengatakan;
“Organisasi POT merupakan organisasi sosial kemasyarakatan (Ormas) bukan organisasi politik. POT sudah berdiri kurang lebih 20-an tahun. POT hanya mengurus Orang Timor yang membutuhkan uluran tangan, dan bukan mengurus politik,” tegas Bele.
Diaktakan, gerakan yang di lakukan POT beberapa waktu lalu yang di tandai dengan upacara adat itu dinilai sangat sarat dengan kepentingan politik. Itu, lanjut dia, justru merupakan media yang diciptakan untuk mengakomodir kepentingan politik segelintir orang. “Saya perlu tegaskan bahwa acara itu sangat bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART POT). Saya juga tidak diundangan secara resmi oleh POT,” tuturnya.
Martinus Bele malah menyungguhkan bahwa justru selama ini pembangunan sudah dirasakan oleh Orang Timur. “Apa lagi ibukota Provinsi NTT berada di Pulau Timor. Orang Timor juga sudah menjadi pemimpin seperti yang sekarang ini yakni Wakil Gubernur khan Orang Timor dan orang timor akan tetap mendukung paket Fren hingga Jilit II mendatang.”
Oleh: Rony Bone