KOTA-Online (Kupang) Berbagai pikiran kritis warga menyusul mengerucut pasangan calon Walikota dan Wakil Waliktoa Kupang, periode 2012-2017. Bahwa dengan berakhirnya pendaftaran pasangan calon pemimpin kota 16 Pebruari 2012 lalu, ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Kupang, muncul berbagai pertanyaan warga soal siapa yang bakal menggantikan Daniel Adoe dan Daniel Huurek.
Secara idealis, semua warga Kota Kupang, baik yang punya hak memilih dan yang belum punya hak memilih justru menggantukan harapan bagi figur baru karena, akan jauh lebih oyektif dalam memberikan dan netral memperlakukan masyarakat kota ini. Untuk itu, dari nada-nya warga cederung sedikit memaksa agar sekiranya walikota pengganti “DUO DAN” nanti tidak belajar dari kegagalan pendahulunya.
Tawaran beberapa pemikiran yang disampaikan terkesan sederhana, tapi merupakan kenyataan yang sehari-hari terjadi dan dialami warga kota. Kondisi itu juga terjadi di depan mata para pejabat kota, namun cenderung diabaikan, hingga akhir masa jabatan. "Menurut saya, Kota Kupang harus di tata. Terminal Kupang dan kawasan Jalan Sliwangi itu juga harus di tata. Jangan jadi kawasan kumuh, itu wajah Kota Kupang. Para pedangan kakilima dan para penjual bakso dan makanan di sana harus disingkirkan dari jalan itu pada malam hari, karena sangat menggangu mobilitas perekonimian NTT. Karena itu jalan poros Timor Daratan, itu jalan trans nasional. Kawasan Jalan Siliwangi kan bisa dibuat mirip Maliobor di Yogykarta, kan baik," ujar Ambros Radja.
Dari berbagai pendapat yang berhasil direkam Kota-Online, hampir lebih separuh warga berpendapat bahwa walikota pengganti “DUO DAN” mesti mampu memperhatikan warganya agar mendapatkan kehidupan yang lebih layak dengan konsentrasi penuh terhadap enam kebutuhan pokok yakni; pangan, sandang, tempat tinggal layak, kesehatan yang layak, pendidikan dan ada jaminan masa depan.
Ruang Terbuka Bisa Dinikmati Bebas
Selain itu, walikota mendatang mesti dapat mempersiapkan suatu lingkungan hidup sehat, nyaman dan bisa menyediakan fasilitas umum sederhana murah dan bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Lingkungan diharapkan tak boleh kumuh, sanitasinya terkelola secara detil dan modern hingga ke pekampungan penduduk. Pasar-pasar tradisional harus dipercantik dengan manajemen yang rapi, sehingga bisa menambah PAD bagi daerah. Pedagang kaki lima dapat diperhatikan dengan baik jika perlu difasilitasi dicari tempat memungkinkan dapat diawasi dengan baik. Karena PK-5 adalah salah satu pilar ekonomi yang kuat jika diberdayakan secara optimal. Warga meminta Walikota juga dapat memperhatikan fasilitas umum dan atau ruang terbuka, harus bisa dinikmati secara luas dan difungsikan tanpa diskriminasi.
Soal pelayanan publiknya, diharapkan dapat diakases semua golongan tanpa kecuali. Kebanggaan masyarakat sebagai warga Kota Kupang harus terus timbul dengan prestasi-prestasi dan karya nyatanya. Seni, sastra olahraga dan berbagai bentuk kreasi dan pertunjukan harus tereksplorasi dan terfasilitasi.
Harga Diri Seorang Walikota
Terasa begitu sulit mencari seorang pemimpin kota yang betul-betul mampu menahan hawa nafsu dan keinginan memiliki lebih dari hak-haknya. Meskipun faktanya, baru terjadi dua kali perubahan figur walikota di Kupang namun sejauh itu pulah banyak meninggalkan kesan yang kurang memuaskan warga. Untuk itu, periode kepemimpinan pasca DUO DAN diharpkan akan lahir sosok yang benar-benar mampu menahan diri dan bisa menjaga harga dirinya di depan publik.
“Kebersamaan dan solidaritas sosial seorang walikota harus terus tumbuh, kepemimpinan dan karakter kerakyatan, rasa kepedulian sosial yang tinggi dan tanpa pamrih harus lebih ditonjolkan. Kita tidak lagi butuh pemimpin yang tidak konsisten. Antara perkataan dan perbuatan tidak searah,” tegas Amdemus Baun, salah satu warga kota.
Kota Kupang mesti sebagai garda depan perdagangan barang dan jasa. Idustri barang jadi harus bisa dihasilkan dari Kupang yang kemudian bisa diekspor jauh ke luar Kota Kupang. Posisi strategis pelabuhan Tenau, di Kawasan Timur harus betul-betul berfungsi secara ekonomis sampai pada seluruh lapisan masyarakat. Semua itu memungkinkan karena kita memiliki potensi-potensi dari sisi pendidikan dan perguruan tinggi yang berkualitas. Karenanya, perguruan tinggi harus digenjot secara radikal, progresif berorientasi kapitalistik, tapi sebaliknya pro rakyat.
Tingkatkan Kepercayaan Diri
Masyarakat Kota Kupang juga harus meningkatkan kepercayaan diri untuk berdiri sejajar dengan masyarakat kota lain. Berpikir lebih terbuka lagi, maju dan berkembang. Tidak konsumeris, tidak mengekor, tapi produktif dan berada di depan. Mewujudkan mimpi tersebut tak mungkin cukup dalam satu periode jabatan walikota.
Sebagai walikota periode 2012-1017, kita hanya bisa hanya meletakan dasar-dasar mental birokrasi dan system pemerintahannya, serta dasar-dasar mental masyarakat untuk lebih produktif. Fasenya sampai dasar-dasar tersebut secara manajerial, secara bergulir.
Warga Kota Butuh Pemimpin Baru!
Sesungguhnya, ketika kita menelusuri lorong, gang ke gang yang lain, masuk satu RT tembus RW yang lain di Kota Kupang, kita temukan padangan berfariasi soal idialnya sosok seorang walikota pesca "DUO DAN." Warga lebih banyak mengharapkan kiranya pemimpin Kota Kupang mendatang mesti figur baru.
"Saya kira warga Kota Kupang sudah tahu. Apa yang sudah dibuat oleh pemimpin kota sekarang dan apa yang belum di buat. Apapun program baru yang ditawakan calon walikota Daniel Adoe Dan Hurek hari ini tidak bisa mempengaruhi cara memimpin mereka untuk periode kedua. Malah lebih parah lagi dri periode pertama," ujar Melkisedek Pello, Salah satu warga Kota Kupang.
Sekedar diketahui bahwa selain wajah lama (pasangan Daniel Adoe-Daniel Hurek, Jefri Riwu Kore-Kristo Blasin, Yonas Salean-dr Herman Man) Mucul juga figur calon walikota wajah baru seperti dr Yovita Mitak, Paul Lianto, Viktor Lerik dan Mency Pelokila. Semua figur ini memilki kayakinan bahwa mereka akan memenangkan pertarungan pada tanggal 7 Mei 2012 mendatang. Yang pasti tidak hanya dua indikator yang digunakan warga dalam memastikan siapa yang bakal keluar sebagai pemenang Pilkada Kota Kupang yakni popularitas dan finansial. Namun ada variabel lain yang ikut mempengaruhi masyarakat pemilih di Kota Kupang adalah, suku, agama dan hubungan-hubungan emosional kekerabatan. "Krang katolik kalau bersatu, bisa figur yang beragama katolik, bisa menang Pilkada. Orang protestan jika kompak untuk memilih satu figur yang mereka anggap tepat, maka figur yang beragama protestan, saya kira bisa menang. Begitu pula, suku Timor jika tidak terpecah-pecah lalu mereka sepakat memilih salah satu kandidat, bisa juga keluarg sebagai pemenang. Jadi menurut saya popularitas dan uang tdak menjamin soenga kandidat keluar sebagai pemenang," kata Fransisco Andre, warga kota.
Ada prediksi sementara bahwa yang justru akan lebih menjadi perhatian publik adalah figur baru yang dianggap bisa membuat perubahan dalam memimpin Kota Kupang. "Saya lihat Ibu Yovita Mitak dan Paul Liyanto justru menjadi 'kuda hitam' kedua tokoh ini punya daya tarik tersendiri," kata Anton Balle, warga Kota Kupang.
Oleh: Yesayas Petrusz