KOTA- Online (Kupang) Untuk menggantikan posisi kepemimpinan “DUO DAN,” Kota Kupang butuh Walikota yang usia-nya di atas 60-an tahun? atau 50-an tahun?, 40-an tahun? atau 30-an tahun?
Pertanyaan ini mucul di sela-sela diskusi bersama beberapa warga kota, ketika membahas tentang fenomena baliho para calon walikota yang semakin semarak di Kota Kupang saat ini. Beberapa rekan spontan merespon. Bahkan di antara teman-teman ada yang berusaha mendahului yang lain. Sebut saja Anton Bolla, menjawab, “Menurut saya, kota ini, butuh pemimpin baru yang masih energik, pikiran baru dan kosep baru. Terkait dengan ukuran usia, saya ingin walikota jangan terlalu tua, tetapi juga jangan terlalu muda, paling pas usia 50-an tahun. Itu usia yang sangat matang dan masih energik. Jangan lagi yang 60-an tahun jadi walikota, nanti tidak lagi bekerja serius, tapi saat itulah dia memanfaatkan waktu dan kesempatan untuk kumpul kekayaan, Tuhan Yesus saja digoda iblis, disaat-saat daging-Nya lemah, apalagi manusia?,” kata Anton serius.
Teman lainnya, sebuat saja Ruben Masan, Ardiles Neno dan Andre Ndun seperti paduan suara saja, spontan ketiganya setuju dengan tawaran Anton Bolla. “Ya kami setuju, dengan pendapat lu (anda), bahwa walikota yang sekarang ini sudah tua. Jangan pilih dia lagi. Tapi, apakah warga kota yang lain sepaham dengan kita? Jangan-jangan mereka tidak sependapat dengan kita. Kalau warga mau walikota yang akan datang ini orang tua, kita tidak bisa buat apa-apa. Tapi kita berdoa kuat agar Tuhan jangan merestui orang tua pimpin kota ini lagi-lah,” timpal Ruben, Ardiles dan Andre.
Selama gambar wajah para calon walikota pada baliho yang dipajang di berbagai sudut jalan, telah memunculkan berbagai tanggapan warga. Lebih banyak memberi tanggapan adalah warga yang sudah terlibat langsung dalam tim sukses. Lebih banyak memberikan penilaian yang kurang mengenakkan. Lebih banyak sisi negatif yang dimunculkan. Misalnya, “Jefri Riwu Kore itu, mengapa dia mau maju jadi walikota, dia kan anggota DPR RI, rakyat NTT masih membutuhkan tenaganya di DPR. Apa lagi yang ia cari dari jabatan sebagai walikota?,” kata Markus Seran, seorang warga kota.
Sementara itu, dalam sebuah kesempatan bincang-bincang, Jefri Riwu Kore kepada Mingguan KOTA mengatakan, niatnya sangat tulus untuk membangun Kota Kupang. Dia tidak ingin lagi terus melihat saudara-saudaranya berada pada kondisi yang melarat-merana. Dengan berbagai pengalaman dan ilmu yang diperoleh Jefri ingin mengimplemetasikan dalam membangun Kota Kupang ke arah yang lebih baik.
“Saya punya niat baik untuk membangun Kota Kupang. Saya ingin agar semua gagasan dan ide yang saya miliki bisa diaplikasikan. Sehingga saya memilih mencalonkan diri sebagai walikota, membangun pada skop yang kecil, semua gagasan dan ide-ide bisa dipraktekan secara tuntas dan bisa dirasakan langsung oleh masyarakat,” demikian Jefri kepada Mingguan Kota suatu ketika di Kupang.
Sementara terhadap Daniel Adoe, ada pendapat bahwa selain usianya sudah lanjut, ia telah berturut-turut dua periode menjabat sebagai pemimpin di Kota Kupang. Warga kota sudah tahu seluruh sepak terjangnya. “Sebagai warga kota, kita patut bertanya, apa lagi yang mau ia sampaikan kepada warga pada saat kampanye nanti? Kita kan sudah kenal persis dia. Sebaiknya Pak Dan Adoe tak usah maju sebagai calon Walikota lagi-lah. Berikanlah kesempatan buat figur yang lebih energik yang tidak ada musuh. Saya lihat pak Dan Adoe ini punya banyak lawan. Kalau Pak Dan Adoe jadi walikota lagi, saya tidak jamin dia dapat berbuat lebih baik dari yang sekarang. Malah mungkin akan lebih parah lagi. Jadi saya sarankan, biar beliau istirahat sudah, untuk bisa tenang menikmati hari tua,” ujar Marianus Sawo, seorang warga kota, kepada Mingguan KOTA belum lama ini.
Pernah dalam sebuah diskusi panjang lebar bersama kru Mingguan KOTA di ruang kerjanya medio Juni silam, Dan Adoe mengatakan keinginannya untuk maju melanjutkan kepemimpinanya untuk periode kedua, karena banyak hal yang menjadi program kerjanya belum sempat terealisir dengan baik. Dan Adoe juga mengatakan bahwa dirinya justru masih diminta oleh masyarakat untuk terus melanjutkan kepemimpinan di kota ini. “Saya tetap maju, karena saya ingin mengabdi dan memberikan yang terbaik bagi warga Kota Kupang,” ujar Dan Adoe.
Calon Walikota yang lainnya Frederik Ndolu juga mendapat sorotan yang agak mirip. Ada waga kota yang sedikit menyentil beberapa sikap Fredy yang pernah diucapkan lewat berbagai media di Kupang. “Fredy Ndolu pernah mengatakan di Kupang bukan tempat mencari rezeki, kok mengapa ia berkeras ingin menjadi walikota? khan ujung-ujungnya ingin medapat sesuatu,” ujar Jeheskiel Saudila, kepada Mingguan KOTA, pekan lalu.
Sementara itu, Fredy Ndolu berpendapat bahwa kesuksesan yang ia raih di rantauan merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri. Itu diperoleh melalui berbagai pergumulan panjang dan pengorbanan diri. Menurut Freddy, dirinya ingin mendedikasikan ilmu dan pengalaman yang diperoleh di tanah rantau, untuk membangun kota ini dan memberikan yang terbaik bagi warga. Bagi Freddy, sangat mudah menjadi seorang pejabat tetapi amat sulit mencari seorang pemimpin.
“Perhelatan politik Pilkada Kota Kupang, merupakan ajang mencari pemimpin bukan mencari seorang pejabat. Pemimpin itu tugasnya melayani, tetapi mental seorang pejabat adalah ingin terus di puja dan dipuji, dilayani. Mari kita sama-sama memilih pemimpin yang betul-betul mau mengabdi bagi masyarakat kota ini. Bagi saya, tidak ada sesuatu yang mustahil,” kata Fredy menanggapi sorotan warga terhadap dirinya.
Sementara pasangan Yonas Salean dan Herman Man juga tidak luput dari kritikan warga. Menurut seorang warga kota Agus Ndaomanu, Yonas Salean dan Herman Man, pernah bertarung baik sebagai calon walikota maupun sebagai calon bupati di Manggarai, namun keduanya tidak terpilih. Hal itu menurut Agus, keduanya tidak direstui oleh Tuhan, sebagai pemimpin.
“Menurut saya, selain bukan garis tangan, kedunya juga kelihatan tidak tepat jadi walikota dan wakil walikota. Karena bisa terjadi upaya balas dendam terhadap staf birokrasi Kota Kupang. Orang-orang yang ditempatkan oleh Daniel Adoe dan Daniel Hurek sudah pasti dilabrak habis, meski pak Yonas Salean selalu mengatakan bahwa dia tidak akan balas dendam, tapi siapa yang tahu dalam hatinya,” urai Agus. Agus meminta agar sebaiknya Yonas dan Herman menekuni profesi masing-masing secara serius dan menikmati masa-masa istirahat, tanpa berpikir sesuatu yang sepertinya agak sulit dijangkau,” kata Agus.
Oleh: Yesayas Petrusz