Fenomena pemasangan baliho para bakal calon yang marak dan dilakukan jauh-jauh hari sebelum ‘gong’ pilkada Kota Kupang ditabuh secara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum Kota Kupang, paling tidak ada sebabnya. Selain ingin lebih awal memperkenalkan diri kepada publik tentang niat untuk maju, juga karena penerapan sistem survei bakal calon yang akan diusung sejumlah partai politik. Survei menjadi salah satu tahap penting yang dilakukan oleh partai politik dengan maksud dapat menemukan kandidat yang paling disukai publik. Harapan akhirnya adalah calon yang diusung partai politik ini keluar sebagai pemenang dalam pelaksanaan pemilukada nanti.
Alasan diatas terlihat sangat sederhana dan tentu sangat mudah dipahami. Setiap partai politik tentu menginginkan figur yang diusungnya mendapat simpati publik dan terpilih. Namun, sebenarnya ada tiga alasan yang bisa ditemukan mengapa survei ini dilakukan dan menyebabkan maraknya gambar para kandidat bergelantungan di pepohonan. Alasan yang pertama, adalah runtuhnya dominasi partai politik orde baru. Kedua adalah rapuhnya kemampuan partai politik yang ada. Dan ketiga adalah tuntutan partisipasi publik yang sangat gencar disuarakan dunia global melalui lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Genderang Golkar
Salah satu partai politik yang paling awal dan konsisten menerapkan mekanisme survei pada setiap pemilukada adalah Partai Golkar. Hampir semua pemilukada langsung baik pada tingkat kabupaten/kota maupun provinsi, Partai Golkar melakukan survei terhadap kandidat-kandidat yang diusung. Jauh-jauh hari sebelum proses pemilukada secara resmi dilakukan, Golkar sudah melakukan survei. Partai Beringin ini tidak segan mengusung kandidat di luar kader Golkar bahkan kader partai lain sekalipun. Genderang survei yang dilakukan Partai Golkar ini sangat berpengaruh terhadap semangat para kandidat untuk segera keluar ‘kandang’ dan bermain terbuka, paling tidak melalui pemasangan baliho serta media sosialisasi lainnya agar dikenal masyarakat pemilih.
Genderang yang ditabuh Golkar ini terutama berangkat dari latarbelakang historis partai penguasa di masa orde baru ini. Runtuhnya kekuasaan orde baru ikut meruntuhkan kekuatan dan keperkasaan yang dimiliki Golkar puluhan tahun. Kegagalan bahkan dosa-dosa orde baru ikut dilimpahkan kepada Golkar. Hal ini menyebabkan dukungan publik terhadap Golkar terjun bebas dan melorot jauh. Suara Golkar kalah dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuang dan satu dekade ini kalah dari Partai Demokrat. Langkah penyelamatan yang dilakukan oleh Partai Golkar adalah mendekatkan Golkar dengan masyarakat dengan klaim yang terkenal yakni, suara Golkar adalah suara rakyat. Salah satu strategi untuk menunjukan bahwa suara golkar adalah suara rakyat adalah dengan membuka lebar-lebar pintu golkar untuk rakyat.
Pemilukada langsung menjadi moment terindah bagi Golkar untuk merangkul keinginan rakyat sebesar-besarnya dan memodifikasinya menjadi semangat golkar yang dekat dengan rakyat. Survei kandidat dalam pemilukada untuk mendapatkan figur atau kandidat yang paling disukai mayoritas masyarakat menjadi satu strategi keterbukaan golkar pada rakyat. Selain agar kandidat yang diusung Golkar menang dalam setiap pemilukada dan Golkar menguasai sebagian besar kepala daerah di tanah air, juga agar rakyat makin mencintai Golkar. Hal ini tentu menjadi langkah positif untuk Golkar mendapat kader-kader baru dari luar Golkar tetapi pada sisi lain mengabaikan peran partai politik yang sesungguhnya menyiapkan kader-kader partainya untuk menduduki posisi di legislatif maupun eksekutif.
Impotensi Parpol
Salah satu faktor penyebab munculnya ide pola survei seperti saat ini adalah lemahnya kemampuan partai politik dalam mempersiapkan kader-kadernya menjadi pemimpin. Ketidakmampuan atau impotensi parpol ini makin diperkuat dengan pola pendaftaran kepada publik, dimana pintu partai dibuka kepada siapa saja yang berkeinginan menjadi kepala daerah atau kedudukan politik lainnya. Bahkan ada kesan partai politik dijadikan ‘kendaraan’ sewaan dan partai politik pun disebut sebagai kendaraan politik.
Pada negara-negara dimana partai politik sudah sangat kuat, survei dilakukan terhadap kader-kader partai sendiri. Partai membangun kekuatan secara internal maupun publik untuk memenangkan kader-kader partainya untuk menjadi pemimpin baik dilegislatif maupun eksekutif.
Irama LSM
Merebaknya pola survei kandidat kepala daerah juga disebabkan oleh tuntutan isu global yang umumnya disuarakan dengan sangat kencang oleh lembaga swadaya masyarakat atau LSM berkaitan dengan partisipasi publik. Pemerintahan yang baik dan juga demokrasi yang sehat mengandaikan adanya partisipasi aktif dari masyarakat. Partaisipasi menjadi isu sentral bagi pembangunan demokrasi maupun tata pemerintahan yang baik. Dorongan partisipasi ini masuk juga ke ranah partai politik, tanpa memandang bahwa partai politik merupakan wadah khusus dengan struktur, fungsi dan ideologi masing-masing. Semangat partisipasi masyarakat yang sedang gencar dikampanyekan secara global ini telah ikut mempengaruhi parpol untuk membuka diri lebar-lebar bagi partisipasi masyarakat. Hal ini justru melemahkan spirit dan semangat juang para kader parpol yang setia membangun organisasi partai itu sendiri.
Pilihan parpol mengusung kader-kadernya, tidak dengan sendirinya mengabaikan prinisp-prinsip partisipasi yang didengungkan secara global. Partisipasi masyarakat diberi ruang ketika mereka menentukan pilihannya melalui pemilihan umum. Peran parpol adalah mendekatkan kader-kadernya dengan konstituen sehingga ketika partisipasi politik masyarakat dijalankan, kader-kader partai yang dijagokan parpol mendapat dukungan dari rakyat.
Survei pilkada yang sangat dipengaruhi oleh genderang yang ditabuh di luar parpol dapat menjadi salah satu sarana yang membantu parpol untuk memenangkan kadernya, bila partai mampu mempersiapkan kader-kader terbaik partainya. Solusi untuk mengurangi kesemrawutan yang diakibatkan kepanikan menghadapi survei adalah parpol harus meningkatkan kemampuan mempersiapkan kader parpol sendiri untuk maju dalam suksesi serta membangun sistem serta struktur parpol yang kuat untuk memenangkan kader-kadernya. +++
Oleh: Hermen Jawa
Wartawan, tingal di Kupang