Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Dr Teda : Obat dan Tenaga Medis Lebih Penting

Jumat, 30 Desember 2011 | 23.31

Kota Online [KUPANG] - Sebetulnya perempuan tidak beda dengan laki-laki dari sisi etos kerja. Malah perempuan lebih “maniak” bekerja dari lelaki jika ia mempunyai target sukses dalam bidang profesi yang ditekuni. Lebih-lebih jika itu terjadi pada para wanita karier.

Berbicara tentang dunia perempuan khususnya kalangan ibu, Teda Littik, begitu dr. Tenggudai Petronela Littik biasa disapa, menegaskan bahwa perempuan NTT adalah tipe pekerja keras. Hal itu terlihat ketika perempuan NTT berjuang keras melawan  kemiskinan dan kemelaratan ekonomi untuk bisa bertahan hidup. Untuk itu aktivis perempuan yang mendapat julukan ‘wanita baja’ ini mendesak pemerintah pada semua level di NTT agar dalam memajukan tingkat kualitas hidup dan memacu kecerdasan kaum perempuan NTT harus bukan dengan cara pendekatan proyek.
                   
Tetapi dengan niat hati yang tulus dan dengan kerelaan jiwa dari para pemimpin di NTT. Jika tidak, nasib kaum perempuan NTT tahun demi tahun tidak pernah akan berubah. “Menurut saya, pemerintah belum serius mengangkat harkat dan derajat perempuan NTT dari tirani kemiskinan. NTT menempati urutan ke-2 tingkat kematian ibu dan anak setelah Papua. NTT tidak berbeda dengan Timor Leste, yang punya tingkat kematian ibu meningkat terus dari tahun ke tahun,” ungkap dr Teda yang mengaku pernah merintis Rumah Tunggu Kesehatan bagi Ibu dan anak di Timor Leste sewaktu masih di sana. Dengan pengalaman berkarya di Timor Leste ini, dr. Teda berkeinginan kuat untuk menerapkannya di NTT, namun dia mengakui Pemerintah NTT terkesan kurang serius memperhatikan hal-hal kemanusiaan seperti ini. “Kita kesulitan karena, soal-soal kemanusiaan juga dilakukan dengan pendekatan proyek, jadi tidak akan mungkin bisa berhasil. Pemerintah harus dapat membedakan masalah kemanusiaan dengan masalah pembangunan fisik,” kata praktisi kesehatan ini.

Aktivis LSM yang bergerak di bidang kesehatan ibu dan anak ini, menyambut baik niat Pemerintah NTT tentang program Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak (RKIA) yang diluncurkan tahun 2008. Namun dia menyayangkan sikap pemerintah yang tidak konsisten, tidak serius dan terkesan tidak memiliki konsep yang matang. Menurut salah satu kandidat Walikota Kupang pasca “DUO DAN” ini, ketika membuat program harus disusul pula dengan tindakan nyata menyediakan sarana dan fasilitas kesehatan yang mendukung program ini.

“Sarana dan prasarana, obat-obatan dan tenaga medis harus yang paling penting dari sekedar program. Dan yang paling berperan dan mensukseskan program Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak ini, adalah Dinas Kesehatan, BKKBN, Biro Pemberdayaan Perempuan Bappeda. Kuncinya adalah ibu-ibu harus melahirkan pada tempat yang memadai,” ujar Teda, kepada Mingguan KOTA sehubungan dengan momentum hari ibu tanggal 22 Desember.

Akhir-akhir ini Teda sibuk bersafari keliling kabupaten-kabupaten di NTT untuk memberikan advis dan menjelaskan cara bagaimana memperbaiki kesehatan ibu dan anak. “Saya sebagai konsultan kesehatan Ibu dan Anak di NTT terus turun ke semua kabupaten untuk memberikan konsep-konsep guna memperbaiki mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak,” kata Ketua LSM IKA NTT-USA ini.

Sebagai aktivis kesehatan, dr Teda mengkritik rumah sakit yang dibangun oleh Pemerintah Kota Kupang. Bagi wanita energik ini, Rumah Sakit Umum Kota Kupang di bilangan Kelapa Lima itu sangat tidak layak disebut sebagai RSUD. Karena hingga saat ini belum memiliki seorang pun tenaga dokter ahli. “Menurut saya rumah sakit Kota itu layak disebut Puskemas dan belum layak jadi RSUD. Pemerintah Kota tidak punya planning yang baik membangun sebuah rumah sakit umum. Mestinya jauh sebelumnya sudah mempersiapkan tenaga dokter ahli dan fasilitas kesehatan lainnya, baru membangun fisik gedungnya”, kritik Teda.

Teda sudah melanglang buana sebagai relawan memberikan pelayanan kesehatan bagi daerah-daerah konflik yang mengalami stagnasi pelayanan sosial akibat konflik di negaranya maupun bencana alam yang melanda masyarakatnya. Untuk itu tidaklah salah jika dia ditunjuk sebagai konsultan kesehatan bagi kesehatan ibu dan anak untuk menyelamatkan ibu dan anak NTT.

By. GTG