Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Warga Kota Sodorkan Utuh Beban Sosial Kepada “Jeriko” (jelang Pilkada Kota Kupang)

Senin, 06 Februari 2012 | 17.25



KOTA-oline (Kupang), adanya perubahan kesejahteraan yang lebih baik. Kerinduan menyingkirkan dikotomi dalam pemerintahan. Dambaan menghapus cara kerja liar menyimpan uang negara puluhan miliar di kantung pribadi. Niat melenyapkan monopoli, oligopoli oleh segelintir penguasa birokrasi, lalu cita-cita melihat suatu perubahan penataan Kota Kupang lebih baik, mulai hari ini, semuanya tertumpuh ke pundak figur Jefri Riwu Kore atau yang lebih keren disapa “Jeriko.” Betulkah?



“Jeriko” menyatakan akan sungguh-sungguh bekerja dengan tulus hati sesuai dengan kemampuannya. Dia mengungkapkan kehendak akan betul-betul mengabdi buat warga kota ini. Dengan berbagai pengalaman dan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perantauan, Jeriko yakin bisa berbuat sesuatu yang lebih baik. Dengan mengutarakan keyakinan dan rasa percaya diri yang begitu kuat, spontan “Jeriko” mendapat aplous luas dari warga kota.



Warga semakin yakin kalau Jeriko hadir di Kota Kupang untuk membawa perubahan, untuk memikul beban-beban sosial yang masih tertinggal. Ketika Jeriko turun ke RT, RW bahkan di sejumlah kelurahan, warga rame-rame datang menemuinya. Mereka datang dengan beban masing-masing. Begitu banyak persoalan sosial yang tengah dihadapi, disodorkan utuh-utuh kepada Jeriko. Mereka begitu percaya, ketika “Jeriko” tampil sebagai Walikota Kupang maka, ia yang akan mampu menjawab berbagai persoalan sosial yang kian menumpuk di kota ini.



Mengadapi gejala perubahan sikap dan perilaku politik warga kota soal kepemimpinan Kota Kupang 2012-2017, pengamat politik Unwira Servas Rodrigues berpendapat bahwa, kehidupan politik di Kota Kupang berkembang sangat dinamis. Kondisi lima tahun lalu berbeda jauh dari posisi sekarang. Warga Kota Kupang sudah sangat kritis dalam menentukan pemimpinnya. Untuk itu, menurutnya, ketika secara massif warga mengalihkan dukungan kepada seseorang figur yang dinilai bisa membawa perubahan maka itu adalah sesuatu yang wajar. Artinya, lajut Servas, bukan karena dipengaruhi dengan sebuah janji politik atau bukan akibat dipengaruhi  dengan uang atau barang berharga lain.



 “Jika warga merasa tidak puas lagi dengan model kepemimpinan yang sekarang maka dia punya hak menentukan pilihannya ke figur lain yang dianggap lebih mampu. Penilaian paling utama adalah komitmennya, kejujuran dan terkesan ‘bersih’ dan penampilannya harus meyakinkan. Menurut saya pada tataran pemilih rasional, mereka tidak akan memilih pemimimpin yang berpikir instan dan cenderung korup,” ujar Servas, menanggapi Mingguan KOTA belum lama ini.



Mingguan KOTA mencatat banyak keluhan warga ketika beberapa kali turun bersama Jeriko bertatap muka dengan warga, yang mencuat justru keluhan disertai harapan bahwa sesegera mungkin terjadi pergantian kepemimpinan di kota ini. “Hemat kami, tentu masih dalam tataran normal manakala muncul keluhan dan uangkapan perasaan ketidakpuasan warga terhadap proses penyelenggaraan pemerintahan pada berbagai aras. Tetapi menjadi tidak wajar ketika keluhan itu kemudian disertai dengan detil data dan fakta-fakta terjadi yang diduga dilakukan secara sadar oleh oknum-oknum   penyelenggara pemerintahan,” kata Antonius Ali, SH, MH, warga Kota Kupang, yang juga seorang pengacara ‘bertangan dingin.’

Jeriko Calon Pengganti “DUO DAN” ?

Berbagai pikiran kritis warga mencuat, menyusul gambar dan berbagai slogan calon walikota terpajang di sudut-sudut kota. Secara idealis warga mengajukan sejumlah harapan yang sedikit bernada memaksa agar sekiranya walikota pengganti “DUO DAN” nanti tidak belajar dari kegagalan pendahulunya. Tawaran beberapa pemikiran yang disampaikan terkesan sederhana, tapi merupakan kenyataan yang sehari-hari terjadi dan dialami warga yang juga terjadi di depan mata para pejabat kota, namun cenderung diabaikan.



Dari berbagai pendapat yang berhasil direkam Mingguan KOTA, hampir lebih separuh warga berpendapat bahwa walikota pengganti “DUO DAN” mesti mampu memperhatikan warganya agar mendapatkan kehidupan yang lebih layak dengan konsentrasi penuh terhadap enam kebutuhan pokok yakni; pangan, sandang, tempat tinggal layak, kesehatan yang layak, pendidikan dan ada jaminan masa depan.



Ruang Terbuka Bisa Dinikmati Bebas

Selain itu, walikota mendatang mesti dapat mempersiapkan suatu lingkungan hidup sehat, nyaman dan bisa menyediakan fasilitas umum sederhana murah dan bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Lingkungan diharapkan tak boleh kumuh, sanitasinya terkelola secara detil dan modern hingga ke pekampungan penduduk. Pasar-pasar tradisional harus dipercantik dengan manajemen yang rapi, sehingga bisa menambah PAD bagi daerah. Pedagang kaki lima dapat diperhatikan dengan baik jika perlu difasilitasi dicari tempat memungkinkan dapat diawasi dengan baik. Karena PK-5 adalah salah satu pilar ekonomi yang kuat jika diberdayakan secara optimal. Warga meminta Walikota juga dapat memperhatikan fasilitas umum dan atau ruang terbuka, harus bisa dinikmati secara luas dan difungsikan tanpa diskriminasi.

Soal  pelayanan publiknya, diharapkan dapat diakases semua golongan tanpa kecuali. Kebanggaan masyarakat sebagai warga Kota Kupang harus terus timbul dengan prestasi-prestasi dan karya nyatanya. Seni, sastra olahraga dan berbagai bentuk kreasi dan pertunjukan harus tereksplorasi dan terfasilitasi.
Harga Diri Seorang Walikota

Terasa begitu sulit mencari seorang pemimpin kota yang betul-betul mampu menahan hawa nafsu dan keinginan memiliki lebih dari hak-haknya. Meskipun faktanya,  baru terjadi dua kali perubahan figur walikota di Kupang namun sejauh itu pulah banyak meninggalkan kesan yang kurang memuaskan warga. Untuk itu, periode kepemimpinan pasca DUO DAN diharpkan akan lahir sosok yang benar-benar mampu menahan diri dan bisa menjaga harga dirinya di depan publik. “Kebersamaan dan solidaritas sosial seorang walikota harus terus tumbuh, kepemimpinan dan karakter kerakyatan, rasa kepedulian sosial yang tinggi dan tanpa pamrih harus lebih ditonjolkan. Kita tidak lagi butuh pemimpin yang tidak konsisten. Antara perkataan dan perbuatan tidak searah,” tegas Amdemus Baun, salah satu warga kota.

Kota Kupang mesti sebagai garda depan perdagangan barang dan jasa. Idustri barang jadi harus bisa dihasilkan dari Kupang yang kemudian bisa diekspor jauh ke luar Kota Kupang. Posisi strategis pelabuhan Tenau, di Kawasan Timur harus betul-betul berfungsi secara ekonomis sampai pada seluruh lapisan masyarakat. Semua itu memungkinkan karena kita memiliki potensi-potensi dari sisi pendidikan dan perguruan tinggi yang berkualitas. Karenanya, perguruan tinggi harus digenjot secara radikal, progresif berorientasi kapitalistik, tapi sebaliknya pro rakyat.

Tingkatkan Kepercayaan Diri

Masyarakat Kota Kupang juga harus meningkatkan kepercayaan diri untuk berdiri sejajar dengan masyarakat kota lain. Berpikir lebih terbuka lagi, maju dan berkembang. Tidak konsumeris, tidak mengekor, tapi produktif dan berada di depan. Mewujudkan mimpi tersebut tak mungkin cukup dalam satu periode jabatan walikota.

Sebagai walikota periode 2012-1017, kita hanya bisa hanya meletakan dasar-dasar mental birokrasi dan system pemerintahannya, serta dasar-dasar mental masyarakat untuk lebih produktif. Fasenya sampai dasar-dasar tersebut secara manajerial, bergulir.**


Oleh: Yesayas Petrusz