Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Meski Sibuk di Luar, ‘Bapa’ Tidak Pernah Marah

Jumat, 30 Desember 2011 | 23.50

Kota Online [KUPANG] - MENYANDANG predikat sebagai seorang isteri memang repot. Kadang tidak bebas. Apalagi isteri seorang pejabat. Lebih repot lagi, isteri yang masih tergolong “ibu muda”, itu pasti ruang geraknya diproteksi habis oleh suami. Kesibukan di luar rumah bisa dipastikan dikontrol suami. Kalau itu terjadi maka tentu sangat wajar, mengingat pertama, kehadirannya di rumah sangat penting untuk mengurus anak. Selain itu, dia juga harus memperhatikan berbagai kebutuhan suami baik soal makan minum maupun soal urusan suami isteri.

Oleh karena itu, menjadi seorang isteri pejabat mesti terampil mengatur waktu  secara baik. Sebagai isteri seorang gubernur dan isteri wakil gubernur, suka atau tidak, harus masuk ke dalam dunia yang penuh dengan kesibukan. Karena cukup banyak hal yang harus diurus, baik berkaitan dengan urusan pribadi suami, sekaligus juga sebagai seorang Gubernur dan Wakil Gubernur, maupun  kegiatan organisasi kewanitaan di luar.

Ibu Lucia termasuk sosok ibu yang pandai merangkul, suka memperhatikan hingga ke hal-hal kecil sekalipun. Itu terlihat jelas ketika usai peringatan HUT ke 52 provinsi NTT. Ibu Lucia tampak sibuk mengurus segala sesuatunya berkaitan dengan kegiatan itu. Semua ibu yang ikut dalam upacara tersebut diajak untuk berpose bersama tanpa kecuali. Di tengah kesibukannya, Ibu Lucia masih sempat menjawab pertanyaan wartawan Mingguan KOTA yang meminta kesediaannya untuk diwawancarai. “Sekarang saja wawancaranya. Besok saya tidak ada waktu. Habis upacara ini kami masih mengadakan pertemuan antar ibu-ibu”, kata ibu Lucia menjawab permintaan  Mingguan KOTA.

Kepada beberapa wartawan ibu Lucia mengaku bahwa sebagai isteri gubernur, ia memang cukup sibuk. Namun, sesibuk apapun dia, ibu Lucia masih juga menyempatkan waktu untuk mengurus rumah tangganya. Suaminya tidak pernah melarangnya jika pulang rumah dalam keadaan capek. “Meski saya sibuk di luar, bapa tidak marah”, ujar ibu Lucia.

Sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi NTT, Ibu Lucia tidak pernah absen dalam setiap kegiatan membina kepengurusan PKK tingkat provinsi maupun kabupaten. “Kami aktif membina beberapa unit kegiatan PKK seperti kerajinan tenun ikat di Ende” katanya.

Ibu Lucia mengakui bahwa tim penggerak PKK provinsi NTT aktif membina ibu-ibu di beberapa kelompok kerajinan yang dibina oleh PKK provinsi. Seperti kerajinan tenun ikat, termasuk juga makanan lokal yang bahan bakunya diambil dari bahan pangan lokal.

Hasil–hasil kerajinan ini dijual pada sebuah wadah yang dibentuk oleh Tim Penggerak PKK provinsi NTT. Wadah ini bernama Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah). Organisasi ini kini sudah aktif dalam membina sekaligus menampung berbagai produk yang dihasilkan oleh beberapa kelompok pengrajin. “Ya, kami bersama ibu Ketua tidak pernah berhenti membina kelompok pengrajin. Kami selalu mendampingi ibu ketua, baik turun langsung ke setiap kabupaten maupun ikut membina kelompok ibu-ibu di provinsi” ujar wakil ketua PKK provinsi NTT, ibu Welmince Foenay.

Jauh berjalan, banyak yang dilihat. Lama hidup banyak yang dirasakan. Begitu kira-kira peribahasa klasik yang layak disematkan kepada ibu Foenay. Dari segi usia maupun pengalaman, ibu Foenay jauh lebih senior dari ibu Lucia Adinda. Untuk itu, sangatlah tepat jika kedua ibu ini bergandengan tangan, saling melengkapi untuk memajukan organisasi perempuan NTT ini. Isteri Wakil Gubernur Eston Foenay ini mengaku, selama tahun 2010, dirinya selalu mendampingi ibu Lucia turun ke desa-desa di sebagian besar kabupaten di NTT untuk mengerahkan kaum ibu di desa agar disiplin menjaga kesehatan.

“Kami juga membina ibu-ibu agar dapat memanfaatkan pangan lokal sebagai bahan makanan yang justru mempunyai nilai gizi tinggi seperti: pisang, ubi kayu, ubi jalar, jagung, dan lain-lain. Kita melatih mereka membuat beragam kue yang bahan bakunya diambil dari hasil-hasil pangan lokal. Kita juga melatih mereka membuat tenun ikat dalam berbagai motif daerah. Hasil produksinya kemudian dijual di Dekranasda, Provinsi,” kata ibu Foenay.

By. EGI JAWA