Hi quest ,  welcome  |  sign in  |  registered now  |  need help ?

Rote Ndao, Zona Merah Bagi Wartawan

Kamis, 22 Desember 2011 | 04.48

kota.com [KUPANG] –  Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Kupang, Yemris Fointuna mengatakan Kabupaten Rote Ndao kini menjadi zona merah bagi wartawan. Sebab, keberadaan para kuli tinta di daerah itu sering diintimidasi oleh Bupati Rote Nado, Drs. Leonard Haning, MM dan orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Ini berawal ketika tanggal 20 Agustus 2011 lalu,Leonard Haning, MM mengeluarkan surat pernyataan resmi bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rote Ndao tidak mengakui keberadaan tiga orang wartawan Harian Umum (HU) Ernde Pos atas nama Liberanus Mami, Frits Fa’ot dan Endang Sidin terkait pemberitaan media tersebut yang menurutnya terlalu kritis dan tidak berimbang.  

Dalam suratnya bernomor: Hms 480/034/Kab.RN/2011, Haning mengatakan, sehubungan dengan pemberitaan HU Erende Pos edisi Jumat (12/8/11) dengan dua judul pada halaman depan, masing-masing; “Pemerintah Kabupaten Rote Ndao Dinilai Bohongi BPK dan DPRD” dan “Bupati Rote Ndao Dinilai Tidak Konsisten dan Melanggar Hukum”, serta edisi Rabu (10/8/11) dengan judul “Pemerintah Kabupaten Rote Ndao Sabotase Seminar Nasional”, maka Pemkab Rote Ndao tidak lagi mengakui lagi keberadaan ketiga wartawan tersebut dalam kapasitas apa pun.

Sejak saat itulah, wartawan yang bertugas di Rote Ndao selalu diteror jika menulis berita yang isinya mengkritisi pemerintah. Klimaksnya, Minggu (11/12/11) dini hari, sekitar pukul 01.00 Wita, rumah wartawan Tabloid Rote Ndao News, Dance Henuk diserang, dirusaki lalu dibakar massa. Akibatnya, bayinya yang baru berumur 1 bulan meninggal dunia akibat terkena lemparan batu.

Tak hanya sampai disitu, Kamis (15/12/11) giliran Endang Sidin yang di kejar. Wartawati ini bahkan diancam akan dibunuh oleh Jhon Terik, Anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Rote Ndao. Sudah begitu, polisi lamban pula menangani masalah tersebut.

“Bagi saya, Rote Ndao itu zona merah. Cukup berbahaya bagi wartawan,” ujar Yemris saat berdiskusi dengan awak Kontras Nusra, Cis Timor, Forum Solidaritas Jurnalis (FSJ-NTT) yang dihadiri oleh mantan Anggota DPRD NTT, Pius Rengka, Anggota DPD RI, Sarah Lery Mbuik serta Dance Henuk dan Endang Sidin di sekretariat Kontras Nusra di Kupang, Rabu (21/12/11) malam.

Sementara itu Lery Mbuik mengatakan, pemerintahan Rote Ndao dibawah kendali Leonard Haning sangat feodalis dan represif. “Pemerinatah Rote Ndao itu feodalis dan represif. Saya aja diintimidasi, apalagi masyarakat biasa lainnya,” papar Lery Mbuik, penuh emosi.

By. CHRIS PARERA /www.sergapntt.com